DOMPU, PersIndoNews.com – Kabupaten Dompu masih disebut penyandang predikat Kasus Luar Biasa (KLB) penyakit Anjing gila atau Rabies. Bahkan kasus anjing yang diduga mengidap rabies ini masih seringkali menyerang warga, terutama di Desa, kawasan pertanian dan perladangan di Dompu.
Muhammad Abduh SE, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) Kabupaten Dompu yang dikonfirmasi wartawan melalui Kepala Bidang (Kabid) Kesehatan Hewan dan Kesehatan masyarakat Veteriner, Drh. Mujahidin, menyampaikan bahwa Kabupaten Dompu saat ini masih berpredikat sebagai daerah tertular Rabies. Sebutan tertular ini didasari pada Keputusan Menteri Pertanian no 311 tahun 2023 yang menyatakan Kabupaten Dompu sebagai daerah tertular Rabies.
Menghadapi kondisi ini Kabid yang akrab disapa dokter Bana ini mengaku bahwa, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Dompu tetap bertanggung dengan tugas untuk mengamankan masyarakat dari serangan virus rabies. Karenanya dengan keterbatasan anggaran yang dipunyai, dilakukan vaksin sebagai langkah pencegahan dan pengobatan bagi mereka yang pernah diserang Nanjing gila.
“Vaksinasi pada Hewan Pembawa Rabies(HPR) terutama Anjing masih tetap kami laksanakan, kendati bahan Vaksin yang ada merupakan sisa bantuan dari tahun kemarin yang dikirim dari pusat,” tegas Bana.
Mengingat keterbatasan anggaran yang ada di daerah, dia berharap akan adanya bantuan dari pemerintah provinsi dan pemerintah pusat agar kasus rabies di Dompu dapat segera dituntaskan.
Akan tetapi, menjelang akhir triwulan pertama tahun 2024 ini, pihaknya belum mendapatkan informasi tentang adanya bantuan dari Pemerintah Pusat untuk penanggulangan dan penuntasan kasus aljing rabies ini. “Sampai saat ini belum ada kabar tentang anggaran bantuan untuk rabies di Dompu,” tukas dokter Bana.
Menurut Dokter Bana, pihak Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Dompu masih tetap mengambil tindakan eliminasi atau depopulasi terhadap anjing yang diduga sebagai (HPR), karena ini merupakan salah satu langkah yang diizinkan dalam penanganan kasus rabies. “Hanya persoalannya, kami masih sangat terbatas dalam hal sumber daya manusia (SDM),” pungkasnya. (Rasya/ad)